Sosiologi
Tokoh-tokoh Dibalik Kemunculan Ilmu Sosiologi
Seperti yang telah ditulis diatas, sebelumnya, pemikiran-pemikiran tentang masyarakat dibicarakan dalam konteks filosofis, sehingga tak lepas dari ide-ide spekulatif dan proses pemikiran deduktif. Pada awal abad 19, pemikiran tentang masyarakat beralih dengan menggunkan penelitian dan pengumpulan data. Ilmu pengetahuan baru ini lantas dinamakan sosiologi, yang menggunakan metode-metode dan data-data empiris untuk mempelajarisocietas atau masyarakat. perkembangan ini tentunya tak lepas dari para tokoh seperti, Saint Simon, Comte, Emile Durkheim, dsb. Ketiga tokoh tersebut sengaja penulis bahas di paper ini, mengingat peran sentral mereka dalam membidani lahirnya (disiplin) ilmu sosiologi.
5.1 Saint Simon. Studi Positif Mengenai Masyarakat
Saint Simon (1765-1888) merupakan seorang tokoh penghubung abad ke-18 dengan abad ke-19. Ia merupakan seorang pengkritik sosial yang tajam. Ia setuju dengan revolusi Perancis, yang menghancurkan kekuasaan raja dan kelompoknya, termasuk juga geraja. Dalam studinya mengenai masyarakat, ia tidak puas dengan hanya melakukan pengamatan-pengamatan konvensional yang selama ini dipakai untuk mencermati masyarakat, yaitu dengan pendekatan filosofis (spekulatif dan deduktif). Oleh karena itu, ia mengambil studi positif tentang masyarakat, yakni dengan menggunakan angka atau hitungan.
Hal tersebut ia tegaskan dalam bukunya yang berjudul Memoirs sur la Sciencie de l’Homme.Saint Simon menyatakan bahwa ilmu politik merupakan suatu ilmu yang positif. Artinya, masalah-masalah dalam ilmu positif hendaknya dianalisa dengan metode-metode yang lazim dipakai terhadap gejala-gejala lain atau ilmu-ilmu lain, seperti, biologi, fisika dan/atau matematika. Dikemudian hari, metode yang digunakan Saint Simon ini berpengaruh pada cara kerja Auguste Comte (sosiolog Perancis) dan John Staurt Mill (sosiolog/filosof Inggris), dalam menganalis masyarakat.
5.2 Auguste Comte. “Lahirnya” Sosiologi
Auguste Comte (1760-1825) biasanya dipandang sebagai pendiri ilmu sosiologi (dan yang pertama kali mencetuskan istilah sosiologi). Ia menjalankan studi sosialnya dengan cara yang sama seperti “hard science,” yakni dengan menggunakan data, verifikasi, dan hipotesis. Comte menggunakan istilah sosiologi dalam buku pertamanya yang berjudul The Course of Positive Philosophy. Sewaktu menulis buku ini, Comte bermaksud menjelaskan pandangannya yang menyatakan bahwa sifat dasar organisasi sosial suatu masyarakat sangat tergantung pada pola pikir yang dominan serta tingkat pengetahuan masyarakat itu. Semakin tumbuh pola pikir dan pengetahuannya, semakin bertambah kemampuan masyarakat untuk maju.
Oleh karena itu, Comte membagi ilmu pengetahuan sepanjang sejarah dalam tiga tahap:
a. Tahap teologis : menggunakan penjelasan animisme, roh-roh dan dewa-dewi.
b. Tahap metafisik : menggunakan penjelasan spekulasi.
c. Tahap positif : menggunakan penjelasan ilmiah berdasarkan pengamatan empirik, percobaan, perbandingan.
Menurut dia, manusia pertama-tama membebaskan diri dari pemikiran teologis dan metafisis dengan menggunakan matematika dan astronomi. Baru kemudian berangsur-angsur manusia menetapkan pengetahuan positif untuk objek-objek yang mendekati dirinya (alam fisik dan kimia), lalu binatang-binatang dan dirinya (biologi) dan akhirnya masyarakatnya (sosiologi).
5.3 Emile Durkheim. Sosiologi sebagai Disiplin Ilmu
Jasa Emile Durkheim(1858-1917) bagi perkembangan ilmu sosiologi sangat besar artinya. Durkheim berhasil merumuskan dengan lebih jelas disiplin ilmu sosiologi, yang mencakup teori-teori dan metode-metode penelitian empirisnya. Dengan demikian, sosiologi mulai berkembang sebagai satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan diakui secara sah oleh dunia akademis, sejajar dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain seperti: psikologi, filsafat, dsb.
Asumsi umum yang paling mendasar dalam pendekatan Durkheim terhadap sosiologi adalah bahwa gejala sosial itu riil dan mempunyai pengaruh pada kesadaran individu, dan perilakunya berbeda dari karakteristik psikologis, biologis, atau karakteristik individu lainnya. Selanjutnya, Durkheim menegaskan bahwa gejala sosial itu dapat dipelajari sebagai hal yang riil dengan metode-metode empirik. Baginya, fakta sosial itu tidak dapat diciutkan ke fakta individu; fakta itu memiliki eksistensi yang independen pada tingkat sosial.
6. Perkembangan Ilmu Sosiologi
Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika. Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas,dll. Konsekuensi gejolak sosial itu ialah tak terelakkanya perubahan besar dalam masyarakat. Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi.
Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern. Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro. Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian dalam sosiologi.
Antropologi
1.1 |
Hampir semua penelitian yang mendalami ”kepribadian bangsa” menyimpulkan bahwa ciri-ciri kepribadian yang tampak berbeda pada bangsa-bangsa di dunia ini bersumber pada cara pengasuhan pada masa kanak-kanak. Misalnya, orang Jepang yang dewasa menjadi bersifat memaksakan kehendaknya, karena ketatnya latihan mengenai cara membuang air pada masa kanak-kanak.
Perkembangannya, saat ini kesimpulan di atas tidak bisa diandalkan lagi.
Dalam perkembangannya, fokus pendekatan psikologis pada keanekaragaman kebudayaan, berubah. Minat terhadap hubungan pengasuhan semasa anak-anak dan kepribadian setelah dewasa, tetap dipertahankan, namun beberapa ahli antropologi mulai meneliti faktor-faktor determinan yang mungkin jadi penyebab dari kebiasaan pengasuhan anak yang beragam.
Kebudayaan tertentu menghasilkan karakteristik psikologi tertentu menimbulkan ciri budaya lainnya.
Kesimpulan mengenai pendekatan psikologis dalam antropologi budaya: dengan menghubungkan variasi dalam pola budaya dengan masa pengasuhan anak, kepribadian, kebiasaan, dan kepercayaan yang mungkin menjadi konsekuensi dari faktor psikologis dan prosesnya.
Anthropology in mental health memfokuskan diri pada aspek sosial budaya yang mempengaruhi kondisi/gangguan mental pada diri individu.
Psikologi
1.2 |
Psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu Psychē (jiwa) dan logia (ilmu). psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku seseorang.
Psikologi adalah ilmu yang tergolong muda (sekitar akhir 1800an.) Tetapi, manusia di sepanjang sejarah telah memperhatikan masalah psikologi. Seperti filsuf yunani terutama Plato dan Aristoteles. Setelah itu St. Augustine (354-430) dianggap tokoh besar dalam psikologi modern karena perhatiannya pada intropeksi dan keingintahuannya tentang fenomena psikologi. Descartes (1596-1650) mengajukan teori bahwa hewan adalah mesin yang dapat dipelajari sebagaimana mesin lainnya.
Ia juga memperkenalkan konsep kerja refleks. Banyak ahli filsafat terkenal lain dalam abad tujuh belas dan delapan belas—Leibnits, Hobbes, Locke, Kant, dan Hume—memberikan sumbangan dalam bidang psikologi. Pada waktu itu psikologi masih berbentuk wacana belum menjadi ilmu pengetahuan.
Hubungan Psikologi dengan Sosiologi ilmu yang berpengaruh pada psikologi Sosial adalah Sosiologi dan Antropologi . Sosiologi adalah suatu bidang ilmu yang terkait dengan perilaku hubungan antar individu, atau antara individu dengan kelompok, atau antar kelompok (interaksionisme) dalam perilaku sosialnya. Antropologi memfokuskan pada perilaku sosial dalam suprastruktur budaya tertentu. Sedangkan psikologi socialmempelajari perilaku individu yang bermakna dalam hubungan dengan lingkungan atau rangsang sosialnya.
Sumber :
Psikologi adalah ilmu yang tergolong muda (sekitar akhir 1800an.) Tetapi, manusia di sepanjang sejarah telah memperhatikan masalah psikologi. Seperti filsuf yunani terutama Plato dan Aristoteles. Setelah itu St. Augustine (354-430) dianggap tokoh besar dalam psikologi modern karena perhatiannya pada intropeksi dan keingintahuannya tentang fenomena psikologi. Descartes (1596-1650) mengajukan teori bahwa hewan adalah mesin yang dapat dipelajari sebagaimana mesin lainnya.
Ia juga memperkenalkan konsep kerja refleks. Banyak ahli filsafat terkenal lain dalam abad tujuh belas dan delapan belas—Leibnits, Hobbes, Locke, Kant, dan Hume—memberikan sumbangan dalam bidang psikologi. Pada waktu itu psikologi masih berbentuk wacana belum menjadi ilmu pengetahuan.
Hubungan Psikologi dengan Sosiologi ilmu yang berpengaruh pada psikologi Sosial adalah Sosiologi dan Antropologi . Sosiologi adalah suatu bidang ilmu yang terkait dengan perilaku hubungan antar individu, atau antara individu dengan kelompok, atau antar kelompok (interaksionisme) dalam perilaku sosialnya. Antropologi memfokuskan pada perilaku sosial dalam suprastruktur budaya tertentu. Sedangkan psikologi socialmempelajari perilaku individu yang bermakna dalam hubungan dengan lingkungan atau rangsang sosialnya.
Sumber :
- Dwi Teguh Priyanto, 02 november 2010. edukasi.kompasiana.com
bagus tapi kok cuman sedikit. tapi lumayan kok masih bermanfaat
BalasHapusbolehlah untuk pengertian tentang sosiologi, antropologi, dan psikologinya, mungkin akan lbh baik jika ditambahkan tokoh2nya
BalasHapusDesign blog menarik dan isinya cukup bagus :)
BalasHapus